“Tanyakan kepada mereka, apa harapan dan cita-cita. Mau menjadi
pesepakbola atau memilih karier lainnya. Bisa berhasil sebagai pemain
bola, sekolah, atau profesi lainnya” itulah pesan dari Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Andi Mallarangeng, saat menerima sejumlah
anak-anak muda berbakat negeri ini, beberapa waktu lalu.
Eriyanto adalah salah satu dari anak-anak berbakat
itu. Tak banyak yang mengenal nama remaja satu ini, dan itu sangatlah
wajar, karena dia hanyalah seorang anak kampung yang sangat sederhana
yang berasal dari Desa Nagrak Utara, Sukabumi. Namun tentu ada yang
istimewa, jika ia dan sejumlah anak muda lainnya diterima oleh orang
nomor satu Indonesia.
“Nama saya Eriyanto, umur saya 14 tahun. Setelah SMP saya putus
sekolah dan berasal dari keluarga tidak mampu,” kata Eri, yang kemudian
disusul rekan-rekannya, saat SBY meminta anak-anak muda itu
memperkenalkan diri.
Cerita itu terjadi tahun lalu di bulan Oktober 2010, mereka yang
diterima Presiden SBY adalah 17 bibit-bibit muda potensial asal
Indonesia yang tergabung dalam The All Star Team Milan Junior
Camp yang tahun lalu menjadi juara di Milan Junior Camp Day
Tournament di markas AC Milan, Italia.
Atas prestasi tersebut, Bendera Merah Putih berkibar di Stadion San
Siro, Italia. Bukan gelar juara saja yang berhasil diraih. Dua remaja
potensial Indonesia terpilih menjadi yang terbaik. Putra asal Bali, I
Putu Angga Eka Putra terpilih sebagai pemain terbaik, dan
Eriyanto asal Sukabumi, terpilih sebagai kapten terbaik.
Pemilihan pemain dan kapten terbaik bukan sekadar pemanis seremonial.
Menurut pelatih The All Star Team Milan Junior Camp Indonesia, Yeyen
Tumena, yang menilai mereka adalah mantan pemain Milan, misalnya Franco
Baresi dan Paolo Maldini.
Satu tahun kemudian, di penghujung 2011, perjalanan hidup Eriyanto,
sang kapten terbaik pilihan para legenda AC Milan, masih berada di luar
jalur yang tidak sesuai cita-citanya. Cahaya Eriyanto (16 tahun) yang
dulu menjadi kapten terbaik Milan Junior Camp Day Tournament 2010 kini
kian redup, gara-gara urusan administrasi.
Putra pasangan Bapak Uli (42) dan Ibu Rha Suleha (37) gagal masuk
timnas U-16 Championship 2012. Penyebabnya adalah Eriyanto terlambat
menyerahkan berkas administrasi. Padahal bergabung dengan timnas U-16
adalah cita-cita sekaligus kesempatan yang bisa menjadi jalan untuk
membangkitkan eksistensi Eriyanto di dunia sepak bola.
Eriyanto yang dulu disanjung Baresi dan Maldini dan pernah makan
bersama dengan Presiden SBY dan Ibu Ani, kini menjalani hidup seperti
anak kampung seperti sedia kala. Sepulang sekolah di SMAN 1 Nagrak,
Eriyanto mencari rumput untuk memberi makan domba-domba peliharaannya.
Pengalaman bertemu Baresi, Maldini, dan SBY pun tak ubahnya bunga tidur,
yang hilang tanpa bekas begitu kesadaran indrawi pulih.
“Setelah pulang dari tournament di AC Milan Junior, tidak ada yang
menawari untuk bermain sepak bola atau masuk pemusatan latihan seperti
lazimnya calon bintang sepak bola lainnya. Saat ini saya hanya berlatih
di kampung dan kegiatan lainnya seperti sekolah” begitu yang
diucapkannya dihadapan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan.
Menurut Eriyanto, beberapa kali ada tawaran untuk bermain di Jakarta
dan kota lain. Namun, menurut Eriyanto, ia tak bisa mengambil kesempatan
itu karena keterbatasan administrasi. Yang belum terjawab adalah apa
yang dimaksud Eriyanto dengan keterbatasan administrasi.
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Hermawan, sangat menyayangkan talenta yang
dimilki Eriyanto tak terakomodasi. Gubernur juga meminta Pemerintah
Kabupaten Sukabumi memerhatikan dan memberikan kemudahan dan fasilitas
bagi Eriyanto untuk mengembangkan kariernya.
Satu tahun sudah berlalu sejak Eriyanto dan beberapa talenta muda
sepak bola negeri ini diterima SBY. Satu tahun sudah berlalu sejak SBY
berpesan kepada Andi Mallarangeng untuk memerhatikan perkembangan
Eriyanto dan rekan-rekannya. Namun, keadaan Eriyanto saat ini masih
seperti dulu. Harapannya untuk menjadi pemain sepak bola sesuai talenta
yang dimilkinya masih jauh dari harapan.
Tahun ini, setelah tidak ada perubahan, orang nomor satu Jawa Barat,
Ahmad Hermawan meminta kepada Pemkab Sukabumi dengan permintaan yang
hampir sama yang pernah diucapkan SBY kepada Andi Mallarangeng. Dan,
nasib Eriyanto masih sama saja.
Kalau mereka yang diberi legitimasi oleh rakyat untuk mengelola
negeri ini hanya memberikan janji-janji kosong saja, bagaimana
talenta-talenta potensial ini memberikan prestasi lebih untuk bangsa
ini. Jangan sampai, Eriyanto dan “Eriyanto-Eriyanto” lain bernasib
seperti tokoh utama film Rambo, yang berjaya di negeri orang dan
terabaikan justru ketika berada di negeri sendiri.
Sumbernya