Berkaca dari pengalaman musim sebelumnya, di
mana Persela termasuk salah satu dari beberapa kontestan Indonesia Super
League (ISL) yang mengalami masalah penunggakan gaji, manajemen tim
berjuluk Laskar Joko Tingkir tersebut berjanji tak akan mengulangi
kesalahan yang sama untuk musim ini.Menurut ketua umum Persela Lamongan Fadeli,
tertunggaknya gaji pelatih dan pemain musim lalu, lebih dikarenakan
kesalahan manajemen dalam menjalin kesepakatan dengan pihak investor,
yang disebutnya sebagai konsorsium.
“Kami akui, Persela memang
menunggak gaji pemain musim lalu. Tapi, itu sebenarnya bukan kewajiban
manajemen dan pengurus untuk menggantinya. Sebab musim lalu sudah
disepakati, jika semua gaji pelatih dan pemain menjadi tanggungan
konsorsium. Itu memang konsorsiumnya yang kurang ajar, yang tak mau
membayar kewajibannya. Silahkan ditulis saja, memang itu kenyataannya
kok!,” kata Fadeli kepada Indonesia Soccer News
Walau
begitu, manajemen dan pengurus Persela tak lepas tangan. Dari tunggakan
selama tujuh bulan, mereka ikut membantu dengan mengusahakan separuh
tanggungan tersebut.
“Dari tunggakan tujuh bulan, kami sudah
membantu menutup separuhnya,” sambung pria yang juga menjabat sebagai
bupati Lamongan tersebut.
Fadeli menyatakan, dana yang dipakai
untuk menutup separuh dari tunggakan gaji pemain dan pelatih tersebut,
tak sepeser pun berasal dari dana APBD. Dana tersebut didapat, murni
dari kantong pribadi para pengurus, jajaran manajemen, dan para
penggemar sepakbola yang peduli akan nasib Persela.
“Karena itu,
bila tudingan itu diarahkan pada kami, tentu kami sangat keberatan.
Harusnya, tudingan itu diarahkan pada pihak konsorsium, karena dari awal
kami sudah ada perjanjian dengan mereka. Dan mereka sepakat bakal
menanggung seluruh gaji pemain dan pelatih, dengan poin-poin yang sudah
disepakati kedua belah pihak,” tutur Fadeli, tanpa mau membeberkan pihak
konsorsium yang dimaksud.
Nah, belajar dari pengalaman musim
lalu. Kini manajemen dan pengurus tim berjuluk Laskar Joko Tingkir
tersebut, lebih selektif dalam menjalin kerjasama. Mereka tidak ingin,
pengalaman buruk tersebut kembali terulang saat tim Persela menapaki
kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim 2012/13.
“Kemarin
sebelum kompetisi 2012/13 dimulai, sebenarnya ada dua investor yang siap
mendanai Persela. Tapi kami tolak, karena mereka tidak berani
menyediakan dana anggaran di depan. Kalau kami terima, kami khawatir
pengalaman musim lalu bakal terulang lagi pada musim ini. Kan kasihan
pemain dan pelatih, yang sudah mencurahkan segenap kemampuannya kepada
Persela, kalau gajinya sampai tak cair,” terangnya.
Fadeli
mengatakan, pihaknya kini lebih memilih mengelola Persela sendiri
ketimbang memberikan mandat kepada pihak investor yang tidak jelas. Ia
pun menggaris bawahi, jika banyaknya pengurus Persela yang berstatus
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), lantas membuat Persela memakai dana
APBD.
“Jadi jangan dihubungkan dengan banyaknya pengurus Persela
yang PNS, terus kami memakai dana APBD. Itu tidak ada dalam bayangan
kami! Apalagi, kini sudah ada larangan pemakaian dana APBD untuk tim
sepakbola profesional. Mereka masuk sebagai pengurus Persela, murni
karena mereka hobi sepakbola dan mempunyai pengalaman mumpuni dalam hal
mengelola tim sepakbola,” paparnya.
Untuk memutar roda tim dalam
mengikuti kompetisi ISL musim 2012/13, Fadeli mengaku, jika Persela
banyak mengandalkan dana dari pihak sponsorship dan ticketing. Musim
ini, Persela setidaknya telah menggandeng tujuh sponsor, yang siap
mengucurkan dananya.
“Ada tujuh sponsor yang siap menyumbang
Persela musim ini, yakni Diadora, So Nice, Extra Joss, Bank Jatim, KTM
[Kebun Tebu Mas], Sorbice, dan pengelola Wisata Bahari Lamongan [WBL].
Dengan sumbangan dari tiap sponsor bervariasi, namun kisarannya berada
pada rentang Rp500 juta sampai Rp1 miliar, tidak ada yang lebih,”
pungkasnya.
Sementara untuk menutupi kekurangan, Persela Lamongan
bakal mengandalkan dana dari pemasukan ticketing. Termasuk, sumbangan
dari para donatur yang peduli akan sepak-terjang Persela di ISL musim
ini. (gk-43)